Bandarlampung Transsumatera —
Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi Lampung Mei 2024 relatif stabil dan tercatat
mengalami inflasi 0,08% (mtm), lebih tinggi dibandingkan April 2024 yang tercatat mengalami
deflasi sebesar 0,01% (mtm). Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata tingkat inflasi di
Provinsi Lampung pada Mei dalam 3 (tiga) tahun terakhir sebesar 0,22% (mtm) namun lebih tinggi
dari tingkat inflasi nasional yang mencatat deflasi sebesar 0,03% (mtm).

Secara tahunan, IHK di
Provinsi Lampung pada Mei 2024 mengalami inflasi 3,09% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi
nasional yang tercatat sebesar 2,84% (yoy) namun lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada
bulan sebelumnya sebesar 3,29% (yoy).
Dilihat dari sumbernya, pada Mei 2024 terdapat sejumlah komoditas yang mengalami
inflasi, antara lain bawang merah, emas perhiasan, kopi bubuk, cabai merah, dan sigaret kretek
mesin (SKM) dengan andil masing-masing sebesar 0,21%; 0,06%; 0,04%; 0,03%; dan 0,03%.
Kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh keterbatasan pasokan akibat banjir di daerah sentra
produksi di Jawa Tengah yang merupakan pemasok bawang merah terbesar untuk Lampung.

Peningkatan harga emas perhiasan sejalan dengan berlanjutnya tren kenaikan harga emas dunia
seiring dengan ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Lebih lanjut, peningkatan harga kopi bubuk
disebabkan oleh terbatasnya bahan baku seiring penurunan produksi kopi robusta asal Lampung
menjelang panen raya yang akan berlangsung pada Juni 2024. Selanjutnya peningkatan harga SKM
sejalan dengan penerapan tarif cukai hasil tembakau pada awal tahun 2024.
Di sisi lain, inflasi lebih tinggi tertahan oleh beberapa komoditas yang mengalami deflasi
seperti: beras, daging ayam ras, angkutan antar kota, cabai rawit, dan bawang putih dengan andil
masing-masing sebesar -0,44%; -0,32%; -0,06%; -0,02%; dan -0,02%.

Penurunan harga beras sejalan
dengan terjaganya pasokan pasca periode panen raya serta relaksasi harga eceran tertinggi (HET)
untuk komoditas beras medium dan premium hingga 31 Mei 2024. Lebih lanjut, penurunan harga
daging ayam ras disebabkan oleh relaksasi harga acuan pembelian (HAP) untuk komoditas jagung
pipilan kering serta telur dan ayam ras. Adapun penurunan tarif angkutan antar kota terjadi seiring
dengan normalisasi permintaan pasca high demand periode HBKN Idulfitri. Penurunan harga cabai
rawit dan bawang putih disebabkan oleh pasokan dan permintaan yang terjaga Ke depan, KPw BI Provinsi Lampung memprakirakan bahwa inflasi IHK di Provinsi Lampung
akan tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi 2,5±1% (yoy) sampai dengan akhir tahun 2024.

Namun, diperlukan upaya mitigasi risiko-risiko sebagai berikut, antara lain dari Inflasi Inti berupa (i)
Potensi kenaikan permintaan agregat yang didorong oleh kenaikan UMP tahun 2024; (ii) Berlanjutnya
kenaikan harga emas dunia sejalan dengan belum meredanya tensi geopolitik di Timur Tengah; (iii)
melemahnya nilai tukar berpotensi menghambat komoditas yang bertumpu pada impor. Sementara
itu dari sisi Inflasi Volatile Food (VF), adalah (i) Peningkatan harga komoditas hortikultura, terutama
bawang merah akibat banjir di daerah sentra produksi dan kenaikan harga bawang putih sejalan
dengan masih tingginya harga di negara asal impor; (ii) Kenaikan harga referensi minyak kelapa sawit
pada awal tahun; (iii) Meningkatnya harga daging dan telur ayam ras seiring dengan tingginya harga
pakan ayam. Selanjutnya risiko dari Inflasi Administered Price (AP) yang perlu mendapat perhatian di
antaranya yaitu (i) Kenaikan harga minyak dunia sejalan dengan berlanjutnya ketidakpastian kondisi
perang di Timur Tengah (ii) Kenaikan harga aneka rokok sejalan dengan kenaikan tarif cukai rokok
tahun 2024 sebesar 10% dan rokok elektrik sebesar 15%.
Meninjau perkembangan inflasi bulan berjalan dan mempertimbangkan risiko inflasi ke
depan, Bank Indonesia dan TPID akan terus berupaya menjaga stabilitas harga. Adapun strategi 4K
yang ditempuh adalah sebagai berikut:

  1. Keterjangkauan Harga
    a. Melakukan operasi pasar beras/SPHP secara kontinyu hingga harga kembali turun sampai
    dengan HET.
    b. Melakukan monitoring harga dan pasokan, khususnya pada komoditas bawang merah, daging
    ayam ras, dan gula pasir, telur ayam ras, minyak goreng, dan aneka cabai.
  2. Ketersediaan Pasokan
    a. Memperkuat dan memperluas Kerjasama Antar Daerah (KAD) Intra Provinsi Lampung.
    b. Implementasi percepatan penanaman padi, realisasi penyaluran pupuk bersubsidi,
    optimalisasi peran bendungan dan pompanisasi, pendistribusian varietas yang cukup resisten
    terhadap genangan, dan pendistribusian traktor/alsintan.
  3. Kelancaran Distribusi
    a. Memastikan kecukupan kapasitas dan jumlah moda transportasi untuk menjaga kelancaran
    lalu lintas angkutan barang dan manusia.
    b. Melanjutkan upaya percepatan perbaikan jalan Kabupaten/Kota dan Pedesaan.
  4. Komunikasi efektif
    a. Melakukan rapat koordinasi secara formal, dilaksanakan rutin setiap minggu, dan informal,
    melalui WhatsApp Group, dalam rangka menjaga awareness TPID Lampung terkait dinamika
    harga dan pasokan terkini.
    b. Memperkuat sinergi komunikasi dengan media dan masyarakat dalam rangka menghindari
    perilaku panic buying. (*)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

%d blogger menyukai ini: