Bandarlampung Transsumatera. Id – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung menggandeng Universitas Lampung (Unila) untuk mengelola sampah di TPA Bakung.

Pengelolaan sampah dengan manajemen zero waste tertuang dalam penandatanganan perpanjangan nota kesepahaman atau MoU antara Pemkot Bandarlampung dan Unila.

Perpanjangan MoU ditandatangani oleh Walikota Bandarlampung Eva Dwiana dan Rektor Unila, Prof Aom Karomani di Lantai 2 Gedung Rektorat Unila, Senin (7/2).

“Untuk penanganan sampah, kita bekerjasama dengan Unila. Mudah-mudahan melalui Prof Aom bisa memberikan solusi kepada kita,” kata Bunda Eva saat ditemui di lokasi penandatanganan tersebut, Senin (7/2).

Orang nomor satu di Kota Tapis Berseri ini berharap, kerjasama yang telah terjalin dengan Unila pada periode pemerintahan sebelumnya, dapat lebih ditingkatkan lagi dan menyelesaikan permasalahan Kota Bandarlampung.

“Kita juga minta bantu Unila, merekayasa tempat kita yang sempit dan padat penduduknya,” ujar dia.

Rektor Unila, Prof Aom Karomani menyambut baik kerjasama tersebut dan menegaskan Unila hadir untuk memberikan solusi atas persoalan pembangunan di Lampung, khususnya Kota Bandarlampung.

“Unila ada di Bandarlampung, apapun yang terjadi di Bandarlampung, terkait sampah, drainase, pendidikan, juga menjadi tanggungjawab Unila,” kata dia.

Prof Aom mengatakan, pihaknya sudah membentuk tim khusus untuk memberikan solusi berbasis data dan riset terhadap persoalan-persoalan tersebut.

“Supaya secepatnya ada solusi atas sampah dan drainase serta bermanfaat bagi masyarakat luas. Khususnya di Fakultas Teknik yang paham terkait tentang itu,” ujar dia.

Sementara itu, Ketua Tim Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Universitas Lampung, Ir Ofik Taupik menjelaskan, masterplan pengelolaan sampah di TPA Bakung telah selesai disusun sejak 2019 lalu.

Ia mengungkapkan, Unila akan menerapkan teknologi pengelolaan sampah yang sama di TPA Bakung seperti yang telah dipakai di kampus tersebut.

“Namun ada beberapa permasalahan yang harus diselesaikan, terutama untuk TPA Bakung sendiri,” kata dia.

Dosen Teknik Sipil ini menjelaskan, pihaknya sedang mencoba mengenalkan teknologi yang tepat untuk pengelolaan sampah di TPA Bakung.

“Yaitu teknologi pengomposan, teknologi torefaksi, dan teknologi pembangkit listrik tenaga sampah,” jelasnya.

Ofik memaparkan, sampah organik seperti serasah daun diolah dengan teknologi pengomposan dan telah diujicoba selama 2,5 tahun. Teknologi pengomposan berhasil diterapkan di Unila.

“Kemudian cairan dari sampah basahnya itu, kita menggunakan teknologi magot dan ulat kandang,” ujar dia.

Sementara teknologi torefaksi, lanjut Ofik, mengubah sampah organik menjadi arang yang bernilai ekonomis. Untuk sampah anorganik diolah secara pirolisis dengan reaktor pirolisator yang bisa menghasilkan biosolar.

“Sampah plastik dimasukkan ke dalam tungku reaktor, dibakar, keluarnya nanti ada bahan bakar cair,” katanya.

Namun, tambah Ofik, tidak semua sampah anorganik diolah dengan pirolisator seperti sampah botol beling yang bisa dijual kembali. Pengelolaan sampah anorganik ini, bekerjasama dengan 2.500 nasabah Bank Sampah Emak.

“Kita bekerja sama menyelesaikan masalah sosialnya, mengubah budaya masyarakat atau paradigma sampah menjadi nilai ekonomis,” tutupnya. (dk)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

%d blogger menyukai ini: