Transsumatera id mengantisipasi meningkatkan kasus penyakit demam berdarah dengue, dines kesehatan kota metro mengingatkan masyarakat untuk waspada dan berperan aktip dalam upaya pencegahan DBD di kota metro. Hal itu disampaikan kepala Dinkes metro, drg.Erla Andrianti, Mars.

Kadis Dinkes Metro juga mengatakan, bahwa telah terjadi peningkatan kasus DBD yg cukup siginifikan pada bulan Desember 2021. Kasus DBD tertinggi terdapat di tiga Kelurahan, yaitu Kelurahan Purwosari, Mulyojati dan Margorejo.

“Untuk menindaklanjuti hal ini, kami telah bersurat ke setiap Puskesmas di Metro, untuk melakukan upaya pencegahan DBD melalui surat Dinas Kesehatan nomor 11103/D-2.04/2021. Puskesmas agar berkoordinasi dengan Pokjanal DBD Kecamatan dan Pokja DBD Kelurahan untuk mengajak masyarakat melakukan pencegahan dengan cara pemberantasan sarang nyamuk,” katanya Minggu (16/01/2022).

Kadis Dinkes juga mengungkapkan, masyarakat dapat berperan aktif untuk mencegah penularan DBD. Pencegahan ini diantara dengan melaksanakan 4 M Plus, yaitu Menguras bak mandi minimal 2 kali seminggu, Menutup tempat penampungan air, Mendaur ulang barang bekas, dan Memantau jentik nyamuk.

“Bila masyarakat mengalami gejala demam dalam beberapa hari tidak turun-turun dan mengarah kepada tanda gejala penyakit DBD. Segera di bawa ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan, jangan sampai terlambat ” ungkapnya.

Tambahnya, Erla juga menjelaskan bahwa, biasanya masyarakat terlambat merujuk pasien DBD ke rumah sakit. Dan biasanya sudah dalam kondisi parah, tentunya hal ini akan sangat membahayakan bagi pasien.

“Maka dari itu, saya ingatkan masyarakat untuk menggunakan bubuk Abate bila diperlukan untuk membunuh jentik nyamuk dan bisa didapat gratis di puskesmas. Fogging dapat dilakukan di rumah warga yang positif DBD dengan menunjukkan hasil pemeriksaan laboratorium. Kemudian dari hasil pemantauan jentiknya cukup banyak dan beberapa warga mengalami gejala DBD yang sama,” terangnya.

Drg. Erla Andrianti, MARS juga menyampaikan, fogging yang dilakukan oleh masyarakat secara swadaya dapat berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan maupun petugas puskesmas. Ini di maksudkan untuk mengetahui takaran dosis yg tepat digunakan dan jarak ideal pengasapan/fogging, sehingga tidak membahayakan bagi masyarakat dan tidak membuat resistan/kebal nyamuk yang di fogging.

“Bila masyarakat sudah terbiasa dengan perilaku hidup bersih dan sehat, salah satunya dengan menjaga kebersihan lingkungan, melalui pemberantasan sarang nyamuk. Tentunya ini hal yang paling tepat untuk memutus rantai penularan penyakit DBD,” pungkasnya.(azhar)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

%d blogger menyukai ini: