Festival Tubaba (TRANS)- didampingi Bupati Tulangbawang Barat Wakil Gubenur Lampung membuka kegiatan event Internasional dengan mengangkat tema Tubaba Internasional Bamboo Festival yang teeselenggarakan selama tiga hari di kota Uluan Nughik kelurahan Panargan Jaya. Dalam Kegiatan bertaraf internasional tersebut dihadiri langsung Wakil Gubernur Lampung, Bupati Tubaba, Wakil bupati Tubaba, perwakilan Kemendikbud RI, ketua DPRD Tubaba,vKapolres Tubaba, Dandim 0412, jajaran kepala OPD Tubaba, camat Se-kabupaten Tubaba serta Forkopimda.

Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim mengatakan, hari ini kembali saya dibuat kagum oleh bupati tulangbawang yang penuh dengan kreasi serta dalam menciptakan kegiatan yang mengagumkan contoh nya festival bambu ini, dan juga Sesuai dengan perintah Presiden RI bukan hanya bangunan Fisik (Infrastruktur) tetapi dengan cara membangun Psikis SDM salah satunya dengan Adanya Ferstival Bamboo ini. ““Saya saat jadi bupati dulu saya sering mengintip pembangunan beliau dan saya merupakan salah satu fans bapak Umar Ahmad, Bapak Umar Ahmad memiliki Kreativitas dan totalitas yang luar biasa, dan beliau sangat mencintai Tubaba.” Ungkap Wakil Gubernur Lampung, Jum’at 06 November 2020.

sementara itu Salim Try selaku Ketua Panitia TIBF, menjelaskan bahwa, TIBF merupakan gelaran yang menjadikan bambu sebagai pokok bahasan (subject matter). Di dalamnya didistribusikan pengetahuan bambu dengan spektrum yang luas: arsitektur, seni kriya, seni pertunjukan, kuliner, dan pengetahuan tradisional. Selain itu, festival ini memiliki sejumlah agenda, yaitu penerbitan buku, pameran, workshop, seni pertunjukan, penanaman pohon bambu, dan permainan rakyat. Buku yang akan diterbitkan berjudul “Menjaga Bambu Nusantara dari Tubaba”. Buku ini ditulis oleh 10 pegiat bambu dari berbagai latar belakang mulai dari akademisi, arsitek, pelaku industri bambu, pegiat kriya, sampai dengan seniman pertunjukan. ”Penerbitan buku tersebut diharapkan bisa berkontribusi bagi literasi bambu di Indonesia. Launching buku akan ditayangkan secara daring,”ungkap Salim. Menurutnya, produk-produk kriya bambu tradisional yang hidup di dalam kebudayaan sungai di kampung-kampung tua di Tubaba menjadi bagian penting dalam festival ini dan pada kesempatan kali ini Bubu (alat tangkap ikan tradisional) akan diperlakukan sebagai karya instalasi utama festival. “Pengetahuan warga kampung-kampung tua akan didistribusikan secara luas melalui kegiatan Workshop Kriya Tradisional pada festival tersebut, termasuk nantinya ada workshop Membuat Keranjang Botol oleh Rumah Intaran dan workshop Kuliner Bambu,”terangnya.

Workshop lain yang juga sangat penting adalah workshop membuat instrumen musik Q-thik oleh Lawe Samagaha. Instrumen musik Q-thik merupakan instrumen musik “tradisional baru” yang telah menjadi bagian penting dalam program kebudayaan Tubaba.” Sedangkan Indonesia Bamboo Comunity (IBC), sebuah lembaga yang dikenal inisiator membuat instrumen-instrumen musik modern berbahan bambu akan menggelar workshop pembuatan gitar bambu,”bebernya. Sejumlah partisipan luar negeri akan terlibat dalam pameran dengan tajuk “Parametric in Bamboo” merupakan karya-karya sketsa instalasi bambu hasil respon dari bubu-bubu Tubaba. Mereka di antaranya adalah: Carlos Banon (Singapura), Christian Salandanan (Philippina), Lucas Loo (Malaysia), Osamu Sekigushi (Jepang), Prof Touki Shiga (Jepang), Irina Biletska (Brazil) dan Indra Santosa (Swiss).

”Selain pameran, partisipan luar negeri akan berbagi konsep kekaryaan bambu mereka melalui perkuliahan (lecture) yang telah direkam secara khusus. Rekaman video ditayangkan sepanjang festival,”ujarnya. Pameran kriya bambu juga melibatkan sejumlah lembaga, antara lain Rumah Intaran, Studio Dapur, Indonesia Bamboo Comunity, Sepedagi dan Akademi Bambu Nusantara. Juga memamerkan sejumlah kerajinan tradisional dari seluruh Sumatera dan bubu dari kampung-kampung tua di Tubaba.

“Festival ini setiap hari akan menampilkan seni pertunjukan, pada malam penutupan kelompok musik Senyawa, sebuah kelompok musik eksperimental dari Yogyakarta, yang dikenal dengan penggunaan instrumen bambu akan menjadi penutup seluruh rangkaian acara,”tandasnya. Kelompok lain adalah Pringlaras (Pringsewu), Orkes Ba’da Isya (Bandarlampung), Ijotafara (Tubaba), Voice of Culture (Tubaba), Sanggar Pakem Anak Rawa (Tubaba), Sanggar Buntara Budaya (Tubaba), Q-Plus (Tubaba), Gadis Senja (Tubaba) dan Pertunjukan Sirkus Api oleh Vian dan Anastasya (Tubaba-Makassar). “Kegiatan festival ini menerapkan protokol kesehatan. Pada acara pembukaan dan penutupan panitia hanya mengundang tamu sejumlah 50% dari kapasitas ampi teather Ulluan Nughik. Panitia menyiapkan 1000 masker, hand sanitiser dan alat pendeteksi suhu yang memadai.” Pungkasnya.(Adv/Fathul)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

%d blogger menyukai ini: